Laman

Sabtu, 08 Desember 2012

Khalifah yang Empat



Dalam masalah kepemimpinan, Rasulullah tidak menetapkan pemimpin seperti seorang kepala suku. Beliau menunjuk sebagai pengganti orang yang paling berilmu dari kalangan sahabat-sahabat beliau.

Adalah fakta, bahwa Allah ta'ala meninggikan orang yang berilmu dari orang-orang yang kurang dan tidak berilmu, sebagaimana yang telah Allah firmankan.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Mujadilah: 11).

Dengan ilmu pula, Allah menjadikan seseorang sebagai pemimpin. Allah subahana wa ta'ala berfirman,

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (Q.S. As-Sajdah: 24).

Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Atas dasar itulah, Rasulullah telah menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti beliau ketika beliau tidak ada dan juga ketika beliau telah meninggal dunia. Hal ini adalah sesuatu yang telah diketahui dan disadari bersama oleh para sahabat Rasulullah. Untuk mengambil contoh, beliau telah menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin rombongan haji ketika beliau sedang tersibukkan menerima utusan berbagai kabilah Arab untuk masuk Islam. 

Beliau juga telah menunjuk Abu Bakar sebagai pengganti imam shalat berjamaah ketika beliau mulai beranjak sakit di akhir hidup beliau. Bahkan, beliau pernah merekomendasikan Abu Bakar kepada seseorang jika datang suatu permasalahan yang harus segera diselesaikan. Para sahabat Rasulullah pun mengakui bahwa Abu Bakar lebih baik daripada mereka.

Masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah dua tahun tiga bulan. Meski demikian, selama masa yang singkat itu, ia telah memutuskan kebijakan-kebijakan penting yang sangat berarti bagi perkembangan Islam saat itu. 

Pada masa pemerintahannya, Islam disebarluaskan ke segala penjuru Jazirah Arab. Kemurtadan yang sempat timbul dan keengganan membayar zakat setelah kematian Rasulullah berhasil dipadamkan lewat pasukan-pasukan yang dikirimkan Abu Bakar. Menyusul langkah itu, Abu Bakar pun mulai meluaskan penyebaran Islam ke wilayah Romawi dan Persia. Banyak sahabat-sahabat Rasulullah yang berilmu turut serta dalam usaha tersebut.

Jasa yang tidak kalah penting adalah pengumpulan dan penulisan Al-Qur'an. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk melakukan tugas itu. Keputusan tersebut muncul setelah Ali bin Abi Thalib melaporkan banyak sahabat Rasulullah yang hafal Al-Qur'an tewas ketika memerangi orang-orang murtad. Hasil usaha itu menjadikan kaum muslimin memiliki Al-Qur'an standar yang menjadi acuan sampai hari ini.
 

Masa Umar bin Khaththab

Setelah Abu Bakar meninggal dunia, kepemimpinan kaum muslimin diserahkan kepada Umar bin Khaththab. Sebelum meninggalnya, Abu Bakar menunjuk dan mewasiati para sahabat Rasulullah yang lain agar menjadikan Umar bin Khaththab sebagai pemimpin mereka. Kepemimpinan yang baru ini diterima bulat oleh kaum muslimin waktu itu. Sejak masa Umar, sebutan amirul mukminin dipakai oleh khalifah-khalifah kaum muslimin. Pemerintahan Umar bin Khaththab ini berlangsung selama sepuluh tahun. 

Langkah-langkah yang ditempuh pemerintahan baru adalah meneruskan upaya penyebaran Islam ke wilayah Romawi di Syam, Mesir, beberapa wilayah di Afrika Utara dan wilayah Persia di Irak. Lewat komandan-komandan pasukan, Umar memerintahkan mereka membuka pusat-pusat peradaban baru dengan masjid sebagai pusat kehidupan beragama dan bermasyarakat. Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi yang dipakai.

Untuk menertibkan sistem administrasi, Umar membagi wilayah-wilayah Islam ke dalam daerah-daerah yang lebih kecil dan tertib. Masing-masing daerah dipimpin oleh gubernur-gubernur yang langsung ditunjuk pusat. Seorang gubernur berfungsi sebagai pemimpin pemerintahan, pengadilan, dan shalat berjamaah. Gubernur juga berhak memungut pajak dari orang-orang non muslim yang tunduk ke dalam undang-undang Islam.

Di Madinah sebagai pusat pemerintahan negara, didirikan Baitul Mal yang berfungsi sebagai kas negara sekaligus lembaga sosial yang memberikan tunjangan-tunjangan kepada masyarakat yang tidak mampu. Selain itu, didirikan pula kantor administrasi negara yang pertama dalam masyarakat muslimin. Dengan keberadaan kantor ini, Umar ingin menciptakan lingkungan yang tertib dan terjaga.

Ketertiban yang dimaksudnya juga merambah ke sistem penanggalan. Pada tahun ke-16 setelah hijrah Rasulullah ke Madinah, tahun Hijriah dibakukan oleh Umar atas saran yang diajukan Ali bin Abi Thalib. Penanggalan itu dapat digunakan untuk menjalankan ibadah-ibadah dan memutuskan kebijakan-kebijakan.
 

Masa Usman bin Affan

Tepat pada tahun ke-23 dari hijrah Rasulullah, Umar ditikam ketika sedang mengimami shalat Subuh. Penikamnya adalah seorang budak dari negeri Persia bernama Abu Lu'lu Al-Majusi. Menunjuk beberapa orang sahabat Rasulullah sebagai calon khalifah selanjutnya, Umar meninggal dunia tiga hari kemudian.

Dari beberapa sahabat Rasulullah tersebut, terpilih Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu sebagai penerus Umar bin Khaththab memegang pemerintahan kaum muslimin. Pemerintahan Utsman adalah pemerintahan yang paling lama di antara khalifah yang empat. Ia menjabat sebagai khalifah selama sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari.

Dalam rentang waktu yang lama itu, Usman berhasil mengusahakan kesejahteraan rakyat melebihi dua khalifah sebelumnya. Pajak-pajak yang masuk ke dalam kas negara dari daerah-daerah baru melimpah dan dapat menghidupi rakyat-rakyat miskin di Madinah, Makkah dan sekitarnya. Usman juga banyak membuka dan memperbaiki fasilitas-fasilitas umum.

Kemelimpahan itu dapat dicapai setelah banyak negeri-negeri bekas wilayah kerajaan Romawi, Mesir dan Persia ditaklukkan. Pada masa Usman ini, Islam mulai memasuki gerbang ke wilayah Transoxiana atau negeri-negeri di seberang sungai Oxus. Sekarang, wilayah yang dimaksud itu ditempati oleh negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Islam juga mulai memasuki gerbang ke benua Eropa. Kepulauan Siprus ditaklukkan pada masa Usman ini.

Meneruskan maksud di balik usaha Abu Bakar, Usman menugaskan sejumlah orang untuk menuliskan dan menggandakan naskah standar Al-Qur'an untuk disebar ke beberapa penjuru negeri-negeri Islam. Sampai hari ini, naskah standar dari zaman Usman ini masih ada di tengah-tengah kita yang dikenal lewat sebutan mushaf rasmu Utsmani.

Kesejahteraan yang dirasakan bersama itu pada akhirnya dilupakan oleh sebagian orang. Adalah Abdullah bin Saba' seorang Yahudi yang pertama kali menyebarkan berita dusta tentang Usman dan pemerintahannya. Usaha tersebut lalu disambut oleh sebagian orang yang ada di Mesir dan Irak. Mereka bergerak ke Madinah dan merongrong keamanan dan ketertiban di sana. Setelah mengepung selama beberapa hari, mereka berhasil membunuh Usman.
 

Masa Ali bin Abi Thalib

Pembunuhan Usman bin Affan tercatat sebagai pemberontakan berdarah pertama yang terjadi dalam sejarah Islam. Rasulullah telah memperingati para sahabatnya tentang ini. Para pemberontak pemerintahan kaum muslimin akan terus ada sampai hari Kiamat nanti. Mereka dikenal sebagai orang-orang khawarij.

Dalam suasana yang kacau tanpa kepemimpinan seperti itu, kaum muslimin mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pengganti Usman. Pemerintahan Ali akhirnya tercatat sebagai pemerintahan singkat yang penuh pergolakan. Terjadi berbagai macam perang saudara. Bahkan, untuk menghindari kerusakan yang lebih jauh, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak.

Akibat pergolakan yang terjadi itu, peradaban Islam seolah-olah berhenti. Ali adalah khalifah yang banyak disibukkan oleh usaha-usaha meredam konflik. Pembunuhan Usman menjadi inti perselisihan. Banyak pihak yang berseberangan dengan pemerintahan Ali atas dasar ijtihad mereka terhadap kasus pembunuhan Usman sampai meletus kemudian perang Jamal dan Shiffin. Di tengah keadaan seperti itu, meletus pula pemberontakan kaum khawarij di Nahrawan.

Setelah hampir lima tahun memerintah, Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh salah seorang anggota kaum khawarij yang bernama Abdurahman bin Muljam. Ketika keluar hendak mengimami shalat Subuh, wajah Ali dihantam oleh pedang beracun Abdurrahman. Beberapa hari kemudian Ali meninggal dunia. 

Putranya, yang bernama Hasan, diminta untuk meneruskan pemerintahan kaum muslimin. Orang-orang yang memihak Ali bin Abi Thalib segera membaiat Hasan. Akan tetapi, pemerintahannya tidak berlangsung lama. Menghindari pertikaian berdarah yang berkepanjangan, Hasan dengan kebesaran jiwanya menyerahkan kepemimpinan kaum muslimin kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan di Syam pada tahun 40 H. Sejak saat itu, barisan kaum muslimin menjadi satu dan tahun itu dikenang sebagai 'amul jama'ah (tahun persatuan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar