Laman

Sabtu, 08 Desember 2012

Pendahuluan Sebuah Pengantar


Membicarakan kebudayaan, memaksa kita untuk menyadari bahwa ada banyak pengertian tentang kebudayaan. Hal itu disebabkan kebudayaan selalu menyangkut kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu beragam. Manusia menjalani kehidupan mereka dalam wilayah-wilayah yang luas, terpencar dalam iklim-iklim yang berbeda, berkembang dalam rangkaian waktu yang panjang.

Budaya, seperti kata Koentjaraningrat, diambil dari bahasa Sansekerta, buddhayah. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan akal manusia. 

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyederhanakan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari pengertian seperti ini, kita dapat memahami alasan di balik penyamaan arti kebudayaan dengan peradaban.

Masing-masing masyarakat memiliki karya, rasa dan cipta itu. Mudah dipahami, kiranya, keberadaan budaya-budaya dalam setiap masyarakat. Semakin luas wilayah geografis yang dimiliki oleh suatu masyarakat, berarti semakin besar pula peluang untuk muncul beberapa jenis kebudayaan di wilayah tersebut. Masing-masing kebudayaan memiliki perbedaan, meskipun tidak menutup kemungkinan dua kebudayaan memiliki beberapa bagian yang mirip.

Kebudayaan Islam menjelaskan kepada kita segala sesuatu yang dihasilkan oleh masyarakat Islam. Hasil-hasil tersebut muncul akibat interaksi antara ajaran-ajaran Islam yang diturunkan Allah dan diajarkan Rasulullah dengan masyarakat yang menerima Islam dan keadaan alam sekitar mereka. Interaksi yang dimaksud berkembang, hasil-hasil yang didapat bertahan dan berubah.

Sejarah kebudayaan Islam menyoroti perubahan yang terjadi dalam budaya masyarakat Islam sejak pertama kali muncul pada zaman Rasulullah hidup sampai sekarang. Perubahan itu terjadi mengikuti ruang dan waktu. Pencapaian-pencapaian di suatu tempat belum tentu akan terjadi di tempat yang lain. Demikian pula pencapaian-pencapaian di suatu waktu belum tentu akan terulang pada waktu yang lain.

Adalah suatu usaha menyesatkan jika sejarah kebudayaan Islam hanya melulu tentang perubahan dinamika politik dalam Islam. Kebudayaan jelas lebih luas dari sekedar pencapaian-pencapaian dalam bidang politik. Islam sebagai agama monoteis meraih segala bentuk pencapaian dalam sejarah. Semua itu terjadi dalam rupa pasang dan surut. 


Islam Bukan Arab

Berkembang dari tengah-tengah masyarakat Arab, hal itu tidak menunjukkan bahwa Islam adalah Arab. Arab pun tidak berarti Islam. Allah subhana wa ta'ala menjadikan Jazirah Arab secara umum dan Makkah-Madinah secara khusus sebagai panggung tempat Islam mengukuhkan diri sebagai agama yang sempurna dan telah Allah restui.

Dari Umar bin Khaththab, bahwasanya seorang laki-laki Yahudi berkata kepadanya, "Ya, Amirul Mukminin. Ada ayat dalam kitab yang kalian baca. Jika ayat itu turun kepada kami, orang-orang Yahudi ini, niscaya akan kami jadikan hari turun ayat itu sebagai hari 'Id." Umar pun bertanya, "Ayat apa itu?". Laki-laki Yahudi itu menjawab,

"الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينا"ً

'Hari ini, telah Kusempurnakan buat kalian agama kalian dan telah Kucukupkan nikmatKu kepada kalian dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama kalian. (Q.S. Al-Maidah: 3).'

"Aku," Umar menimpali, "betul-betul tahu hari dan tempat turunnya ayat itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu pada hari Jum'at ketika beliau sedang berkhotbah di padang Arafah (Makkah)." [H.R. Al-Bukhari no. 45].

Hanya nilai-nilai yang telah Rasulullah ajarkan kepada sahabat-sahabatnya menjadi sesuatu yang baku sebagai acuan bagi para pemeluk yang datang setelah mereka. Halal dan haram telah ditetapkan.

عَنْ أَبِي عَبْدِاللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَ الْحَرَامَ بَيِّنٌ , وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ قَدْ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ , فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَات فَقَدِ اْستَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ , وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ فَقَدْ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

"Dari Abu 'Abdillah An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Karena itu, siapa pun menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa pun yang terjerumus dalam wilayah samar-samar, maka ia telah terjerumus ke dalam wilayah yang haram." [H.R.  Al-Bukhari no. 52, Muslim no. 1599].

Islam Telah Baku

Meski hidup dalam ruang dan waktu yang berbeda, seorang pemeluk Islam mesti menyesuaikan diri untuk mengikuti agama yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Penemuan-penemuan, terobosan-terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dicapai dan digunakan oleh umat manusia, tetapi Islam yang mereka peluk tetap Islam sebagaimana datang pada Rasulullah dan para sahabatnya, sekaligus juga menjadi tanda keimanan dan kecintaan kepada Allah ta'ala.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيم * قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ 

"Katakan (olehmu, hai, Muhammad), 'Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku. Niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian.' Dan Allah, Dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang. Katakan juga pada mereka, 'Taatilah Allah dan RasulNya. Apabila kalian berpaling, sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir'." (Q.S. Ali Imran: 31-32).

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

"Dan apa-apa yang kalian perselisihkan di dalamnya, maka berhukumlah kepada Allah. Yang demikian itu, karena Allah Dialah Rabbku, atasNyalah aku bertawakkal, dan kepadaNyalah aku kembali." (Q.S. Asy-Syura: 18).

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوااللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Dan apa-apa yang datang kepada kalian dari Rasulullah, maka ambillah. Dan apa-apa yang ia larang kalian dari itu, maka jauhilah. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat pedih siksaNya." (Q.S. Al-Hasyr: 7).

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً

"Dan siapa saja yang menyelisihi Rasulullah setelah jelas baginya petunjuk serta mengikuti jalan selain jalan orang-orang beriman, maka akan kami palingkan ia kepada sesuatu yang ia berpaling kepadanya dan siapkan pula Jahannam—yang itu sejelek-jelek tempat kembali—baginya." (Q.S. An-Nisa': 115).

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً

"Maka demi Tuhanmu, mereka, sesungguhnya, tidak beriman sampai mereka jadikan kamu hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang telah kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya keputusan tersebut." (Q.S. An-Nisa': 65).

Satu alasan yang pasti, Rasulullah dan para sahabatnya adalah orang-orang yang telah Allah ridhai dan puji dengan pujian yang abadi. Allah telah menjanjikan mereka dengan balasan yang baik. 

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama kali (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan untuk mereka surga-surga di dalamnya yang selama-lamanya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah: 100).

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا يَسْتَوِي مِنكُم مَّنْ أَنفَقَ مِن قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُوْلَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِينَ أَنفَقُوا مِن بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلّاً وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Dan mengapa kalian tidak menafkahkan (sebagian harta kalian) di jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempunyai langit dan bumi? Tidak sama di antara kalian orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tingGi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah penaklukan itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan." (Q.S. Al-Hadid: 10).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar